Dia adalah
Umar bin Khaththab bin Naufal bin Abdul Uzza bin Rabbah bin Abdillah bin Qarth
bin Razah bin Adi bin Ka'ab bin Lu'ai. Sedangkan ibunda beliau bernama Hantamah
binti Hasyim bin Al Mughirah bin Abdillah bin Amru bin Makhzum. Umar bin
Khattab sendiri menyatakan keislamannya pada tahun keenam setelah Rasulullah
diangkat sebagai Rasul Allah. 1)
Namun ada juga yang mengatakan bahwa beliau memeluk agama Islam pada tahun kelima
setelah masa kerasulan
Dari Ibnu
Umar radiyallohu 'anhuma bahwa Nabi Shallallohu 'alaihi wassalam
bersabda, “Ya Allah, kokohkanlah agama Islam dengan salah satu dari dua orang
yang paling Engkau cintai, yakni Umar bin Khaththab atau dengan Abu Jahal bin
Hisyam.” Ternyata diantara kedua orang itu yang lebih dicintai adalah Umar bin
Khaththab radiyallohu 'anhu 2)
Umar bin
Khaththab radiyallohu 'anhu adalah seorang laki-laki yang berkulit
sangat putih dan terkesan kemerah-merahan. Berpostur tubuh tinggi dan botak
dibagian depan kepalanya, memiliki bola mata sangat merah dan permukaan pipinya
terkesan cekung. Wahab berkata, “Sifat Umar di dalam kitab Taurat disebutkan
bahwa da adalah tanduk yeng terbuat dari besi seorang pemimpn yang sangat
tegas.”
Diantara
putra-putri Umar bin Khaththab yang berasal dari istrinya yang bernama Zainab
binti Mazh'un adalah Abdullah, Abdurrahman, dan Hafshah dan Ruqayyah. Dari
istrinya yang bernama Ummu Kultsum binti Jarul adalah Zaid Al Ashgar dan
Ubaidillah. Dari Istrinya yang bernama Jamilah hanya memilki satu orang putra
yang bernama Ashim. Dari istrinya yang bernama Lahiyyah juga hanya seorang
putra yang bernama Abdurrahman Al Ausath. Dari Istrinya yang merupakan Ummu
Walad (hamba sahaya wanita yang digauli tuannya -penerj.) juga membuahkan
seorang putra yang bernama Abdurrahman Al Ashgar. Dari istrinya yang bernama
Fakihah hanya mendapatkan seorang putri yang bernama Fatimah.
Dari Anas radiyallohu
'anhu, dia berkata: Umar bin Khaththab radiyallohu 'anhu berkata,
“Ideku sesuai dengan (ayat) Tuhanku 'Azza wa Jalla dalam tiga hal. Aku
pernah berkata, 'Wahai Rasulullah, andai saja Anda menjadikan Maqam Ibrahim
sebagai tempat shalat'. Maka diturunkan ayat Al Qur'an, '…Dan jadikanlah
sebahagian Maqam Ibrahim tempat shalat…'(QS Al Baqarah(2):125. Aku pernah
berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang yang berkunjung kepada
istri-istrimu itu ada yang baik dan ada pula yang durhaka. Andai saja Anda
menyuruh mereka untuk memakai hijab'. Maka diturunkanlah ayat Al Qur'an tentang
hijab. Para Istri Rasulullah juga pernah berkumpul karena cemburu kepada
Rasulullah. Maka aku berkata, ' Andai saja TUhannya Rasulullah menceraikan
kalian kemudian menggantikan untuk beliau beberapa orang istri yang lebih baik
dibandingkan dengan kalian'. Lalu turunlah ayat mengenai hal itu.”(HR.
Bukhari-Muslim)3)
Menurut para
ulama, ketika Umar memeluk agama Islam, maka agama Allah semakin kokoh. Dia
juga melakukan hijrah secara terang-terangan dan ikut serta dalam perang Badar,
Uhud, dan beberapa peperangan lainnya. Dia merupakan Khalifah pertamayang
dipanggil dengan julukan Amirul Mukminin, orang yang pertama kali menetapkan
kalender Islam bagi kaum Muslimin, orang yang pertama kali mengkodifikasikan Al
Qur'an dalam mushaf, orang pertama yanng mengadakan shalat tarawih berjamaah,
dan orang pertama yang melakukan ronda malam dalam menjalankan tugas
kekhalifahannya.
Dialah orang
yang menentukan hukuman dengan pukulan tongkat, menaklukkan beberapa daerah
baru, menetapkan pajak bagi kaum non-muslim, membuka kota-kota kosmopolitan,
mengangkat para qadhi (hakim), membentuk berbagai departemen, dan menunaikan
ibadah haji bersama-sama dengan para istri Rasulullah shallallahu 'alaihi
was sallam di akhir ibadah haji yang dia tunaikan.4)
Dari Aisyah radhiyallahu
'anha, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Pada umat-umat terdahulu ada beberapa orang reformis. Kalau reformis itu ada
didalam umatku, maka Umar adalah orangnya.” (HR.
Bukhari-Muslim)5)
Dari Sa'ad
bin Abi Waqqash, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau
pernah bersabda kepada Umar, ”Demi Dzat yang menguasai jiwaku, tidak akan
ada syetan yang bertemu denganmu disebuah jalan, kecuali dia akan memilih jalan
lain yang tidak kamu lewati”.(HR. Bukhari-Muslim dalam kitab Shahihain)6)
Dari
Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, ”Aku bermimpi melihat orang-orang tengah
berkumpul disebuah dataran tinggi. Lalu Abu
Bakar menarik
satu atau dua timba besar berisi air. Ternyata, tarikannya ada yang tidak
begitu kuat. Semoga Allah memberikan ampunan kepadanya. Kemudian Umar yang mengambil alih tarikan
tersebut dengan begitu sigap dan kuat. Aku belum pernah melihat orang yang
sesigap Umarsehingga dia bisa membuat
orang-orang memberi minum hewannya sampai puas.”(Hadits ini disepakati shahih).7)
(Tafsir mimpi ini seputar kekhilafahan yang dipimpin oleh kedua orang Sahabat
tersebut –penerj).
Dari
Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam, menyampaikan hadits dengan bersabda sebagai berikut, ”Ketika
aku sedang tidur, aku bermimpi diberi segelas air. Lalu aku memimumnya sehingga
sekujur tubuhku menjadi lega. Kemudian aku memberikan sisa air minum itu kepada
Umar'. Para Sahabat bertanya, 'Bagaimana
Anda menakwilkan mimpi itu, wahai Rasulullah?' Rasulullah menjawab, '(Takwilan
untuk air yang aku berikan kepada Umar) adalah ilmu pengetahuan'.”
(Hadits ini disepakati shahih)8)
Hamzah bin
Amru berkata,”Abu
Bakar radiyallohu
'anhu meninggal dunia pada malam selasa tanggal 8 Jumadil Awal 13 H. Maka,
Umar menggantikan kursi kekhalifahan pada pagi hari kematian Abu
Bakar.”
Dari Jami'
bin Syadad, dari ayahnya , dia berkata: Kalimat pertama yang diucapkan Umar
ketika naik keatas mimbar (pelantikan sebagai khalifah) adalah, “Ya Allah,
sesungguhnya aku ini orang yang keras, maka lunakkanlah aku! Sesungguhnya aku
adalah orang yang lemah, kuatkanlah aku! Sesungguhnya aku adalah orang yang
bakhil, maka jadikanlah aku orang yang dermawan.”9)
Dari Zaid
bin Aslam, dari ayahnya, dia berkata: Aku pernah pergi ke pasar bersama-sama
Umar radiyallohu 'anhu. Lalu dia dibuntuti oleh seorang wanita muda.
Wanita itu berkata,”Wahai Amirul Mukminin, suamiku telah meninggal dunia. Dia
meninggalkan beberapa orang anak yang masih kecil. Demi Allah, bahkan mereka
masih belum cakap mematangkan betis kambing. Mereka juga tidak memiliki
persediaan makanan maupun hewan yang bisa diperah susunya. Oleh karena itu, aku
sangat khawatir kalau berbuat zhalim terhadap mereka (karena tidak bisa
memenuhi kebutuhan mereka). Sedangkan aku sendiri adalah putri Khufaf bin Ima'
Al Ghiffari. Ayahku telah menjadi Syahid pada waktu hari Al Hudaibiyah. Pada
waktu itu, ayahku ikut berjuang bersama-sama dengan baginda Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam.
Umar terdiam
ketika mendengar laporan wanita itu dan tidak meneruskan perjalanannya. Bia
berkata,”Selamat datang, wahai orang yang garis nasabnya masih dekat (dengan
suku Quraisy)!” Kemudian beliau menghampiri seekor unta yang sangat kuat
punggungnya, yang sedang diikat disebuah rumah. Lalu Umar meletakkan dua buah
karung yang diisi penuh dengan bahan makanan. Dia juga menyediakan beberapa
(uang) untuk nafkah, serta beberapa potong pakaian. Setelah itu, Umar
menyerahkan tali kendali unta itu kepada wanita itu sambil berkata,”Tuntunlah
unta ini!Unta ini tidak akan binasa sampai Allah melimpahkan kebaikan untuk
kalian.”
Tiba-tiba
ada seorang laki-laki berkata,”Wahai Amirul Mukminin, Anda terlalu banyak
menyerahkan pemberian kepada wanita itu.” Umar ganti berkata,”Celaka kamu
ini!Demi Allah, sesungguhnya menurutku, ayah wanita ini dan juga saudara
laki-lakinya telah ikut memblokir benteng (musuh) dimasa lampau. Mereka berdua
juga telah ikut andil menaklukan benteng musuh tersebut. Namun pada pagi
harinya, kita yang malah memungut harta rampasan perang yang menjadi jatah
keduanya.” (HR.Bukhari)10)
Dari Ibnu
Umar radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Sekelompok pedagang telah datang.
Mereka singgah disebuah tempat shalat. Maka Umar berkata kepada Abdurrahman,
“Apakah kamu memiliki orang yang bisa mengamankan barang mereka dari pencurian
pada malam ini?” Maka, Umar dan Abdurrahman bermalam di tempat itu untuk
menjaga barang dagangan para pedagang tersebut. Mereka berdua melakukan shalat
fardhu ditempat tersebut. Ternyata, Umar mendengar tangisan seorag anak kecil.
Dia menghampiri anak tersebut sambil berkata kepada ibunya, “Bertaqwalah kamu
kepada Allah, berbuatlah yang terbaik untuk anakmu!” Setelah itu, Umar kembali
lagi ketempatnya semula. Namun kembali dia mendengar tangisan anak kecil. Dia
pun menghampiri ibu anak tersebut sambil memberi nasihat seperti yang dia
ucapkan pertama kali. Setelah itu, kembali lagi ke tempatnya semula.
Tatkala
malam sudah sangat larut, dia kembali mendengar suara tangisan anak kecil itu
sehingga dia menghampiri ibu anak tersebut. Saat itu Umar berkata, “Celaka
kamu! Menurutku kamu ini benar-benar seorang ibu yang tidak baik, sebab aku
melihat anakmu tidak bisa merasa tenang pada malam ini.” Wanita itu berkata,
“Wahai hamba Allah, kamu benar-benar membuatku merasa bosan pada malam ini!
Sesungguhnya aku sedang berusaha menyapihnya. Namun anak itu malah tidak mau
untuk disapih .” Umar bertanya, “memangnya kenapa?” Wanita itu menjawab,
“Karena Umar tidak memberikan jatah waris kecuali kepada anak-anak yang telah
disapih.” Umar bertanya, “Berapa usia anak itu?” Wanita itu menjawab, “Sekian
bulan.” Umar berkata, “Celaka kamu, janganlah terburu-buru untuk menyapihnya!”
Maka, Umar
melakukan shalat Subuh dengan bacaan AL Qur'an yang tidak bisa didengar dengan
jelas oleh orang-orang karena dia tidak bisa menahan tangis. Setelah shalat,
Umar berkata, “Sungguh celaka Umar! Berapa banyak dia telah membunuh anak-anak
kaum muslimin?” Kemudian Umar memerintahkan seseorang untuk menyeru, “Hendaklah
kalian tidak terburu-buru menyapih anak-anak kalian, karena sesungguhnya kami
akan memberikan jatah waris kepada setiap bayi yang terlahir dalam islam.”11)
Dari Zaid
bin Aslam, dari ayahnya, dia berkata: Umar melakukan puasa selama setahun.
Memang tahun itu merupakan tahun kebinasaan (bagi kaum muslimin). Jika sore
hari telah tiba, maka dia hanya diberi roti yang telah diremukkan dengan
minyak. Sampai akhirnya pada suatu hari, orang-orang memotong seekor hewan.
Orang-orang membagi-bagikan daging hewan tersebut. Mereka sengaja menyisakan
daging bagian yang baik untuk Umar. Lalu potongan daging itu diberikan
kepadanya, yakni daging bagian punuk dan hati. Maka Umar berkata, “Dari mana
daging ini?” Orang-orang menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, daging ini berasal
dari hewan yang telah kami potong pada hari ini.” Umar berkata, “Baik, namun
pemimpin yang paling buruk adalah aku kalau sampai memakan daging yang paling
baik dari hewan tersebut, sedangkan aku malah memberi orang-orang bagian
tulang-belulang hewan itu. Jauhkanlah wadah makanan ini dariku!Beri saja saja
aku hidangan selain makanan ini!”
Lalu Umar
diberi roti dengan minyak. Dia meremukkan roti itu dengan tangannya sendiri,
kemudian dilarutkan kedalam minyak. Setelah itu Umar berkata, “Aduh, celaka
wahai Yarfa!” angkatlah wadah makanan ini! Berikanlah makanan ini kepada aggota
keluarga di kawasan Tsamgh, karena sesungguhnya aku belum mengunjungi mereka
semenjak tiga hari terakhir ini! Aku kira mereka sedang kelaparan. Letakkan
saja makanan ini dihadapan mereka!”12)
Dari Anas,
dia berkata,”Pada bagian pakaian antara kedua pundak Umar ada tiga buah
tambalan.”13)
Dari Mush'ab
bin Sa'ad, dia berkata: Hafshah telah berkata kepada Umar, Wahai Amirul
Mukminin, andai saja Anda mengenakan pakaian yang lebih halus dibandingkan
dengan pakaian Anda (sekarang ini) dan juga mengkonsumsi makanan yang lebih
baik dari makanan yang Anda makan (sekarang ini). (Bukankah) Allah telah
melapangkan rezeki dan memberikan banyak kebaikan!”Umar menjawab, “Sesungguhnya
aku akan memusuhimu (kalau terus menganjurkanku melakukan hal itu). Tidakkah
kamu ingat bahwa Rasulullah Sholalohu 'alaihi wasallam senantiasa
mengalami hidup yang sangat payah? Begitu juga dengan Abu
Bakar?” Umar
terus mengingatkan Hafshah hingga akhirnya putrinya itu menangis. Lalu Umar
berkata kepadanya, “Ingatlah, demi Allah pasti aku akan menjalani hidupku
seperti kehidupan mereka berdua yang sangat sulit! Mungkin saja aku akan
mendapatkan kehidupan sejahtera seperti keduanya (di alam berikutnya).” (HR.
Ahmad)
Dari
Abdullah bin Abbas radiyallohu 'anhuma, dia berkata: Al Abbas memiliki
sebuah saluran air yang melewati tanah milik Umar. Pada suatu hari Jum'at, Umar
mengenakan pakaiannya. Sedangkan disisi yang lain, dua ayam milik al Abbas
disembelih. Ketika saluran air tersebut penuh, maka dituangkanlah air yang
telah bercampur dengan darah kedua ayam tersebut. Ternyata cairan itu mengenai
pakaian Umar, maka Umar memerintahkan agar pakaian itu dilepas. Diapun kembali
pulang kemudian melemparkan pakaiannya dan mengenakan pakaian yang lain.
Setelah itu dia datang untuk mengimami orang-orang melakukan shalat jama'ah.
Lalu dia didatangi oleh Al Abbas yang ketika itu berkata,”Demi Allah,
sesungguhnya ada tempat yang biasa dipergunakan Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam untuk meletakkan (sesuatu).” Maka Umar berkata kepada Al
Abbas, “Aku bersumpah dengan nama Allah dihadapanmu, kamu panjat saja
punggungku sehingga kamu bisa meletakkannya ditempat yang biasa dipergunakan
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (meletakkan sesuatu).” Maka Al
Abbas melakukan hal itu. (HR. Ahmad) 14)
Dari
Abdullah bin Amir, dia berkata: Aku melihat Umar bin Khattab mengambil sebatang
tanaman dari tanaman dari tanah, lalu dia berkata, “Andai aku menjadi tumbuhan
ini, andai aku tidak diciptakan, andai saja ibuku tidak melahirkanku, andai
saja aku tidak menjadi sesuatu apapun, dan andai saja aku menjadi sesuatu yang tidak
berarti lagi dilupakan.” 15)
Dari
Abdullah bin Isa, dia berkata, ” Di wajah Umar terdapat dua garis hitam yang
membekas karena beliau terlalu banyak menangis.” 16)
Dari Ibnu
Umar radiyallohu 'anhuma, dia berkata,” Umar tidak meninggal dunia
sampai beliau telah menunaikan Ibadah puasa secara terus-menerus.”
Dari Sa'id
bin Al Musayyib, dia berkata, “Umar senang sekali melakukan Ibadah shalat
ditengah malam, tepatnya dipertengahan malam.”
Dari Tsabit
bin Al Hajjaj, dia berkata: Umar pernah berkata,”Hisablah diri kalian sebelum
kalian dihisab! Timbanglah (kualitas ibadah) diri kalian sebelum (amal
perbuatan) kalian akan ditimbang!Karena, sesugguhnya proses hisab kalian akan
lebih ringan apabila kalian telah menghisabnya sejak sekarang. Berhiaslah
kalian untuk hari pertanggungjawaban yang sangat besar. (Allah Subhanahu Wa
Ta'ala telah berfirman, 'Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu),
tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)'(Qs. Al
Haaqqah(69):18)
Dari Al
Ahnaf, dia berkata, “Umar bin Khattab berkata kepadaku, 'Wahai Ahnaf,
barangsiapa yang terlalu banyak tertawa, maka wibawanya akan berkurang!
Barangsiapa suka berkelakar, maka dia tidak akan dihargai. Barangsiapa sering
melakukan sesuatu, maka dia akan dikenal dengan sesuatu itu. Barangsiapa
terlalu banyak bicara, maka akan banyak kekhilafannya. Barangsiapa banyak
kekhilafannya, maka akan sedikit rasa malunya. Barangsiapa sedikit rasa
malunya, maka akan berkurang sifat wara'nya. Barangsiapa kurang sifat wara'nya,
maka hatinya akan mati'.”
Dari Wadi'ah
Al Anshari, dia berkata, ” Aku pernah mendengar Umar bin Khattab menasihati
seorang laki-laki sebagai berikut, 'Janganlah kamu berbicara mengenai sesuatu
yang tidak berarti bagimu, sehingga kamu menyebabkan pihak musuh mengetahui
kelemahanmu! Berhati-hatilah kamu terhadap temanmu, kecuali seseorang yang
dapat dipercaya! Sedangkan orang yang bisa dipercaya hanyalah orang yang takut
kepada Allah. Janganlah kamu berjalan bersama orang yang durhaka sehingga dia
akan mengajarkan perbuatan yang durhaka kepadamu! Janganlah kamu membiarkan dia
mengetahui rahasiamu! Janganlah kamu bermusyawarah kecuali dengan orang yang
takut kepada Allah 'Azza wa Jalla!”17)
Dari Amru
bin Maimum, 18)
dia berkata: Sesungguhnya jarakku berdiri dengan Umar hanya dipisahkan oleh
Abdullah bin Abbas pada pagi hari kematiannya. Jika dia lewat diantara dua
shaf, maka dia berkata, “Luruskanlah barisan!” Sampai jika shaf shalat
orang-orang sudah tidak terlihat ada yang luang, maka dia maju kedepan untuk
bertakbir. Mungkin pada rakaat pertama hari itu dia membaca surah Yusuf atau
An-Nahl, atau surah yang semisal dengannya. (Dia membaca surah sepanjang itu
untuk menunggu) semua orang berkumpul. Sampai ketika Umar mengucapkan Takbir,
maka aku mendengar kalau dia berkata,”Ada orang yang membunuhku atau ada anjing
yang menggigitku.”Dia ucapkan kalimat itu ketika sang pembunuh menikam
tubuhnya.
Lalu, ada
orang kafir yang melintas dengan cepat sambil membawa pisau bermata dua. Dia
juga menikam setiap orang yang dia lewati disebelak kanan dan kirinya. Jumlah
orang yang terkena tikaman pisau orang kafir itu mencapai 13 orang, sedangkan
yang sampai meninggal dunia ada 7 orang. Ketika ada seorang lelaki dari
kalangan kaum muslimin melihat orang kafir tersebut, dia langsung melemparkan
matel yang ada tudung kepalanya. Ketika orang Kafir tersebut merasa kalau
dirinya tertangkap, maka dia langsung memotong lehernya sendiri.
Umar meraih
tangan Aburrahman bin Auf. Lalu Umar menyuruhnya untuk maju kedepan. Orang yang
berada langsung dibelakang Umar pasti juga melihat peristiwa seperti yang aku
saksikan. Sedangkan orang-orang yang berada di ujung masjid, mereka tidak tahu
apa yang terjadi. Yang mereka ketahui hanya kehilangan suara Umar yang ketika
itu menjadi imam. Oleh karena itulah mereka mengucapkan kalimat, ”Subhanallah,
subhanallah” (sebagai peringatan bagi imam apabila melakukan kesalahan).
Maka, ganti abdurrahman bin Auf yang mengimami shalat orang-orang secara
ringan.
Ketika
mereka usai menunaikan ibadah shalat, Umar berkata, “Wahai Ibnu Abbas,
lihatlah! Siapakah yang berusaha membunuhku!” Ibnu Abbas pergi sejenak kemudian
kembali datang sambil berkata, “Hamba sahaya, Al Mughirah.” Umar berkata,
“Lelaki yang memiliki kemahiran kerajinan tangan?” Ibnu Abbas menjawab,
“Benar.” Umar berkata, “Semoga Allah memeranginya. Sesungguhnya aku telah
memerintahnya melakukan hal yang makruf. Namun, segala puji bagi Allah yang
tidak menakdirkan kematianku berada ditangan seorang laki-laki yang mengaku
dirinya memeluk agama Islam. Sungguh kamu dan ayahmu senang memperbanyak jumlah
orang-orang kafir di Madinah.”
Memang Al
Abbas memiliki budak kafir yang jumlahnya sangat banyak. Lalu Ibnu Abbas
berkata, “Kalau memenag Anda mau, maka aku akan melakukannya untuk Anda.”
Maksudnya membunuh semua budak kafir itu. Namun Umar berkata, ” Kamu salah
(kalau sampai membunuh mereka) setelah mereka bisa berbicara dengan bahasa
kalian, telah mengerjakan shalat dengan menghadap kiblat kalian, dan telah menunaikan
ibadah haji sesuai dengan ritual kalian.”
Lalu Umar
dibawa pulang ke rumahnya. Kami pun ikut pergi bersama-sama dengannya.
Sepertinya, orang-orang belum pernah tertimpa sebuah musibah sedahdyat hari
itu. Seseorang ada yang berkata, “Umar tidak akan apa-apa.” Namun yang lain
berkata, “Aku sangat mengkhawatirkan kondisinya.” Lalu Umar diberi minumah
berupa persan buah kurma, dan diapun meneguknya. Namun cairan itu malah keluar
melalui luka yang ada diperutnya. Maka, Umar kembali diberi susu sehingga
diapun meneguknya. Namun, cairan itu lagi-lagi keluar dari lukanya itu. Maka,
orang-orang pun baru sadar kalau Umar (sebentar lagi) akan tiada.
Kami masuk
mengunjungi Umar. Begitu juga dengan orang-orang yang memberikan simpati dan
dukungan moril untuknya. Datang pula seorang lelaki muda yang berkata, “Berbahagialah
Anda, wahai Amirul Mukminin, dengan kabar gembira dari Allah, karena Anda telah
menjadi sahabat Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam! Anda juga
tergolong orang yang masuk Islam pertama kali, sebagaimana yang telah Anda
ketahui. Kemudian Anda menjadi seorang pemimpin dan sanggup berlaku adil.
Setelah itu, Anda mendapatkan anugerah sebagai syahid.” Umar berkata, “Aku
ingin agar semua itu menjadi hal yang sekedar (bisa menyelamatkan aku), tidak
terlalu bernilai lebih dan tidak pula mencelakakan aku.”
Ketika
pemuda itu berbalik, ternyata kain sarungnya menyentuh tanah, Maka Umar
berkata, “Tolong panggilkan pemuda itu lagi untukku!” Setelah (pemuda itu
kembali menghadap), maka Umar berkata, “Wahai putra saudaraku, angkatlah kian
sarungmu, karena hal itu bisa menyebabkan pakaianmu lebih bersih dan juga
menyebabkan dirimu lebih takut kepada Tuhanmu! Wahai Abdullah bin Umar,
periksalah hutang yang aku miliki! Hitung semuanya!”
Ternyata,
Abdullah bin Umar menjumpai Umar memiliki hutang sebasar 87.000 atau sekitar
jumlah itu. Maka Umar berkata, “Kalau memang hutangku sejumlah itu cukup
dibayar dengan harta milik keluarga Umar, maka bayarkan dengan harta itu. Namun
apabila tidak mencukupi, mintalah kepada bani Adi bin Ka'ab. Jika harta mereka
masih belum cukup untuk membayar hutang, maka mintalah kepada orang-orang
Quraisy. Janganlah kamu sampai meminta kepada orang selain mereka. Bayarkanlah
harta ini untuk membayar hutangku. Pergilah kamu menjumpai Aisyah, Ummul
Mukminin! Katakan kepadanya, 'Umar mengirim salam kepadamu'. Jangan kamu
mengatakan Amirul Mukminin (mengirim salam kepadamu), karena pada hari ini aku
bukan lagi amir bagi kaum mukminin. Katakan juga kepadanya bahwa Umar bin
Khattab memohon izin agar boleh dimakamkan di samping kedua orang sahabatnya.”
Maka, Abdullah mengucapkan salam kepda Aisyah dan masuk kedalam rumahnya. Dia
menjumpai Aisyah sedang duduk sambil menangis. Maka Abdullah bin Umar berkata,
“Umar menitipkan salam untuk Anda. Dia juga meminta izin untuk dimakamkan di
samping kedua sahabatnya.” Maka Aisyah berkata, “Aku yang menghendaki Umar
menempati jatah tempat makamku. Pada hari ini, aku pasti lebih mengutamakan
Umar dibandingkan diriku.”
Kerika
Abdullah bin Umar kembali, maka dikatakan kepada Umar, “Ini, Abdullah bin Umar
telah datang!” Umar berkata, Angkatlah diriku!” Lalu ada seorang laki-laki yang
menyandarkan tubuh Umar ke tubuh Abdullah. Lalu Umar bertanya, “Berita apa yang
kamu dapat?” Abdullah bin Umar menjawab, “Sesuai dengan yang Anda sukai, wahai
Amirul Mukminin! Aisyah mengizinkannya.” Umar berkata, Alhamdulillah!
Tidak ada sesuatu yang lebih aku idam-idamkan melebihi hal itu. Jika nyawaku
telah dicabut nanti, maka gotonglah jenazahku! Kemudian ucapkanlah salam kepada
Aisyah dan katakan bahwa Umar bin Khattab meminta izin. Apabila dia memberi
izin untukku, maka masukkanlah aku (ke liang kubut di samping Rasulullah dan Abu
Bakar. Namun
apabila dia menolak aku, maka makamkanlah saja jenazahku di komplek pemakaman
kaum muslimin!”
Tidak lama
kemudian, Ummul Mukminin Hafshah datang bersama-sama dengan kaum wanita. Ketika
kami melihatnya, maka kami pun berdiri. Hafshah langsung menuju ke arah Umar
sambil menangis disisinya selama beberapa saat. Lalu beberapa orang laki-laki
memohon izin untuk masuk. Hafsah pun menyingkir dari tempat itu untuk masuk
kedalam ruangan. Kami mendengar suara tangisan Hafshah dari arah dalam rumah.
Ketika nyawa Umar telah dicabut, kami membawa keluar jenazah tersebut. Lalu
Abdullah bin Umar mengucapkan salam (kepada Aisyah dan berkata), “Umar memohon
izin (kepada Anda).” Aisyah berkata,” Masukkanlah jenazahnya!” Maka Abdullah
bin Umar memasukkan jenazah Umar di sana, yakni bersama kedua orang sahabatnya.
(HR. Bukhari)
Dari Usmant
bin Affan radhiyallahu
'anhu dia berkata, “Aku adalah orang yang terakhir kali menyaksikan
kematian Umar diantara kalian. Aku mengunjunginya ketika kepalanya berada
dipangkuan anaknya yang bernama Abdullah. Lalu Umar berkata kepada putranya
itu, 'Letakanlah pipiku diatas permukaan bumi!' Abdullah berkata, 'Bukankah
pahaku dan permukaan bumi sama saja?' Umar berkata lagi, 'Letakanlah pipiku
diatas permukaan bumi!' Umar mengucapkan kalimat itu sampai dua atau tiga kali.
Aku juga mendengarnya berkata, 'Sungguh celaka aku jika Engkau tidak
mengampuniku'. Sampai akhirnya nyawanya dicabut dari jasadnya.”19)
Sa'ad bin
Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu berkata, “Umar ditikam pada hari rabu
tanggal 14 Dzulhijjah 23 H. Jenazahnya dimakamkam hari Ahad pada pagi hari
munculnya hilal bulan Muaharraam.”
Muawiyah
berkata, “Usia Umar ketika meninggal dunia adalah 63 tahun.”
Dari
Asy-Sya'bi disebutkan bahwa Abu
Bakar meninggal
dunia pada usia 63 tahun. Begitu juga dengan Umar yang meninggal dunia pada
usia 63 tahun.
Menurut
Salim bin Abdullah, Umar meninggal dunia pada usia 65 tahun. Ibnu Abbas
berkata, “Usia Umar ketika meninggal adalah 66 tahun.” Menurut Qatadah, usia
Umar ketika wafat adalah 61 tahun. Bahkan, Shuhaib ikut menyalati jenazahnya.
1) Menurutku, Umar bin Khattab memeluk
agama Islam pada tahun keenam setelah kerasulan, yakni pada usia 27 tahun,. Hal
ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Adz-Dzahabi.
2) Kualitas Hadist ini shahih
dan diriwayatkan oleh Tirmidzi (3681). Dalam hal ini Tirmidzi berkata bahwa
hadits ini berkualitas hasan-shahih-gharib serta berasal dari hadist
Ibnu Umar.
3) Hadits ini diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Imam Muslim
4) Al Askari berkata, “Umar bin
Khattab adalah orang yang pertama kali diberi julukan Amirul Mukminin,
menetapkan penangggalan tahun Hijriyah, membuat Baitul Mal, mengadakan
shalat qiyaamu Ramadhan (tarawih) secara berjamaah, mengadakan inspeksi
pada malam hari, menjatuhakan hukuman bagi tukang fitnah, menghukum peminum
khamer sebanyak 80 kali dera, mengharamkan nikah mut'ah, mengharamkan penjualan
hamba sahaya perempuan yang telah melahirkan anak untuk majikannya, mengadakan
shalat jenazah berjamaah, dengan empat takbir, membentuk departemen-departemen,
mengirim makanan dari Mesir ke Madinah melalui jalur laut Ablah, menentukan
aturan 'aul dalam ilmu faraid, menarik zakat kuda, dan orang yang
pertama kali berkata, 'Ayyadakallah (semoga Allah mengokohkanmu) kepada Ali'.” Demikianlah akhir keterangan yang disampaikan oleh
Al-Askari.
5) Hadits ini diriwayatkan oleh
Bukhari (3689) dan Muslim(Fadha'ilish-Shahabah/23) pada bab ”min
fadha'ili Umar radhiyallahu 'anhu (keutamaan Umar radhiyallahu
'anhu”. Diriwayatkan juga oleh Tirmidzi (9369.3) dari hadits Sa'ad bin Abi
Waqqash
6) Hadits ini diriwayatkan oleh
Bukhari (3683) dan Muslim (Fadha'ilish-Shahabah/23) pada bab ”min
fadha'ili Umar radhiyallahu 'anhu”.
7) Hadits ini diriwayatkan oleh
Bukhari (3664) dan Muslim (Fadha'ilish-Shahabah/17) pada bab ”min
fadha'ili Umar radhiyallahu 'anhu”.
8) Hadits ini diriwayatkan oleh
Bukhari (7006) dan Muslim (Fadha'ilish-Shahabah/16) pada bab ”min
fadha'ili Umar radhiyallahu 'anhu”.
9) Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu
Sa'ad didalam kitab Thabaqat-nya. Disebutkan pula oleh Abu Nu'aim di
dalam kitab Al Hilyah (I/53).
10) Hadist ini diriwayatkan oleh Bukhari
(4160-4161).
11) Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu
Sa'ad di dalam kitab Thabaqat-nya
12) Lihat kitab Thabaqat Ibnu
Sa'ad (III/1/223).
13) Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad
didalam Az-Zuhd (118) dari jalur Yazid : Kami diceritakan Ismail bin Abi
Khalid, dari Mush'ab bin Sa'ad, dia berkata: Hafshah binti Umar telah berkata,
“Wahai Amirul Mukminin, andai saja Anda mengenakan pakaian (yang lebih halus
dibandingkan dengan busana Anda)…” Lalu disebutkan redaksi riwayat sampai
akhir. Para perawi hadist ini tergolong para perawi yang tsiqah.
14) Kisah ini menunjukkan kisah yang
sangat elok mengenai kecintan Sahabat kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam.
15) Lihat lebih lengkap dalam kitab Thabaqat
Ibnu Sa'ad.
16) Keterangan ini diriwayatkan oleh
Imam Ahmad di dalam Az-Zuhd.
17) Hadits ini diriwayatkan oleh Abu
Nu'aim di dalam kitab AL Hilyah (I/55) dari jalur Abdullah bin Muhammad
bin Sahal.
19) Hadits ini diriwayatkan oleh
Ath-Thabrani dari hadits Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma dengan kualitas hasan
menurut Al Hafizh Al Haitsami. Lihat kitab Al Majma (IX/76).